Only hope

Sabtu, 26 November 2011

Kartu Ucapan untuk Kamu (Kuberikan pada yang lain)

“Udah beli aja!!!Belum tentu waktu ultahnya masih ada!!!”
Paksa temanku sambil menenteng sekeranjang penuh buku tulis dan seperangkat alat tulis.
“Tapi masih lama, kurang tiga bulan lagi!!! ”
Jemariku menari mengira-ira sebuah hitungan
“Halah!!! Daripada nanti nyesel lo!!!”
Kali ini temanku seolah melotot (padahal matanya memang belo’) meamaksaku membeli barang itu.
“Hmmm, iya juga, langka yang modelnya kaya’ gini!!!”
Kali ini kuambil barang itu dan kubuka pelan agar tak merusaknya.
“Wah… Lucu!!!”
Temanku bersorak melihat kejutan dalam barang ini.
“Wah, iya lucu!!! Harus dibeli ini, pasti dia suka…”
Mataku berbinar dan menaruh harapan besar pada selembar kertas bermotif tokoh kartun Jepang yang gemar melahap dorayaki.
“Sini!!!”
Temanku mengambil kartu ucapannya dan memasukkannya kedalam keranjang.
“Tunggu!!! Harganya berapa?”
Sontak aku mencari label harganya .
“Cuma 4500 kok!!!”
Jawab temanku sambil menunjuk label harga yang ternyata dipasang dipojok kirn atas rak.
Ketika itu bulan Juni, dan sekarang akhir November. Lima bulan telah berlalu, bulan yang sebenarnya selalu kunanti juga telah berlalu dua bulan yang lalu. Tapi apa boleh buat. Manusia boleh saja berencana namun Tuhanlah yang berkehendak. Mungkin ada hal yang lebih baik lagi yang akan terjadi. Mungkin tahun depan aku bisa memberi yang lebih baik dari sekedar kartu ucapan seperti itu. Lima bulan sudah barang itu menginap dialmari nomor dua tempat buku-buku pelajaranku tinggal. Tiap kali mengambil buku selalu teringat padanya. Ah… sesak juga rasanya kalau sampai tahun depan barang itu tetap bernaung dialmari bukuku. Entah apa yang membuatku tiba-tiba teringat pada temanku sedari kelas X hingga XI ini, ia juga menyukai apa yang disukainya. Kulihat dia juga lebih membutuhkan daripada yang seharusnya menerima barang ini.
“Kartu ucapan doraemon, yang benar? Boleh aku lihat??”
Tanya temanku antusias.
“Untuk kamu saja, memang mau?”
“Banget!!!” Kali ini wajahnya bahagia sekali.
“Besok aku bawakan…”
Esoknya, ketika aku akan memberikannya. Sedikit ragu dalam hatiku. Pasalnya, harapan bisa memberikan ini pada yang seharusnya menerima masih sangat besar. Tapi aku nggak boleh stuck pada kenangan dan angan yang tak pasti ini. Huft (Menghela nafas panjang). Tanganku menyodorkan sebuah kartu ucapan dengan amplop pink yang manis.
“Ini… ”
“Kenapa diberikan keaku? ”
“Sebenarnya itu..”
“Untuk dia?”
“(Tersenyum simpul)”
Senyumku seolah megiyakan.
“Kenapa nggak diberikan?”
“Sudah lewat, lagipula kami nggak seperti dulu.. ”
Jawabku seadanya.
“Simpan saja!!”
Tambahku sambil tersenyum sebisanya.
“Bener nggakpapa, aku ganti aja ya? Berapa harganya??“
“Murah kok!!! Nggak usah, lagian kalau itu terus aku simpan, aku jadi repot”
Kali ini aku tertawa lebar.
Kalau aku tidak bisa merelakan barang seperti itu yang jelas-jela belum ia terima, bagaimana bisa melupakannya dan menghapusnya? Ah buram!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar