Only hope

Sabtu, 03 Desember 2011

Apakah Anda Bebek dalam Kolam? (Andaikata bukan barangkali ini semua memang sudah digariskan)


Jumat yang menyenangkan, setelah dibuat pusing oleh gaya garvittasi, saatnya untuk mendegar nasehat khas ala guru BK yang sangat unik. Kali ini beliau datang dengan wajah yang serius. Bukan karena ada masalah dikelas, tapi karena membahas hasil sisipan (Middle Test) dua minggu yang lalu. Beliau berkata, hasil sisipan yang sudah kami terima adalah barometer mengukur kemampuan kami dirapor semester 3. Mendegar itu, siapa yang tidak bingung kalau nilai sisipannya sama sekali tidak memuaskan (termasuk penulis, hehehe). Semakin dag dig dug saja, saat sebuah fakta diungkapkan secara blak-blakkan. Dengan nada santai beliau menanyakan tentang nilai kami disisipan. Tanpa sempat seorangpun menjawab pertanyaan itu. Beliau menimpali dengan fakta yang tidak pernah dan tidak mau disadari oleh mereka yang duduk dijurusan IPA. Kira-kira beliau menyatakan, apakah nilai mata pelajaran selain eksak ternyata lebih bagus daripada mata pelajaaran khas (Fisika, Biologi, Kimia) . Sekali lagi tanpa seorangpun menjawab, barangkali dihati kami sudah sesak memikirkan itu. Belum lagi saat harus ngobrol tentang universitas, jurusan, PTN (Perguruan Tinggi Neger) dan seperangkatnya. Makin memusingkan pikiran. Huft, sepertinya hati kecil ini bersenandung, seolah ia bertanya pilu dalam relung yang paling dalam,
“Sebenarnya aku masuk IPA untuk kuliah dimana? Untuk bekerja menjadi apa? ”
Toh pada dasarnya sekolah setingggi mungkin itu hanya untuk mendapatkan penghidupan yang layak melalui pekerjaan yang mapan diamsa depan. Namun, sebelum menyelam kedalam air, kita takkan tahu seberapa dalamkah genangan air itu? Begitupula dengan IPA, sebelum mencoba untuk masuk IPA, nggak akan tahu seberapa berat perjuangan hidup? (berlebihan) Antara menyalahkan rasa penasaran juga ambisi dan menyalahkan keadaan. Walau bagaimanapun, tak ada yang bisa dilakukan selain berjalan maju, walau jalan kan berliku (berlebihan lagi).
Suasana yang tadinya penuh denagn energi negative, mulai pupus tersingkap oleh joke yang dilontarkan beliau. Sejujurnya beliau selalu punya caranya sendiri untuk menjadi mood maker dikelas. Gelak tawa mulai terpancar dari setiap mimik siswa. Tapi begitu beliau mulai kembali ketopik utama, semua diam, menatap serius kearah beliau. Melalui seminar yang beliau ikuti, beliau mencoba mentransfer ilmu yang didapat pada kami. Pertanyaan singkat dan tidak jelas.
“Apakah kalian adalah bebek dalam kolam?”’
Sontak semuanya bingung, dan berunding dengan teman sebangkunya (termasuk penulis juga…) . Melihat reaksi anak-anak yang bingung, beliau memberi clue yang menjurus kemaksud sebenarnya
“Hmmm, kalau bebek diapangan basket pasti dia tidak nyaman, nah kalau dia dikolam pasti nyaman, sebaliknya kalau dia bukan bebek dan harus berada dikolam, sudah pasti tak nyaman”
Sepertinya yang satu ini bisa dimengerti. Apa ini sindiran ala majas ironi? Sejujurnya agak merasa tersindir dengan pernyataan beliau. Pembaca pasti tahu apa maksud dari bebek dalam kolam? Beliau lantas melanjutkan ceritanya. Kali ini mengusung fakta-fakta terkini tentang orang-orang sukses yang ternyata dulunya bukan bebek tapi berada dikolam. Dan macam-macam sekali ceritanya. Ada yang dari SMA, kuliah SI cocok, tapi begitu ia harus bekerja, Justru harus keluar dari bidang yang telah lama ia tekuni. Atau bahkan ketika ia sudah bekerja yang sudah sesuai dengan jurusan S1nya namaun karena hati kecilnya bergeming, ia melanjutkan S2 nya dalam bidang yang berbeda. Parahnya, ada juga yang belum menemukan solusi terbaik karena ia bukan bebek dan berada dikolam atau karena ia bukan bebek tapi ada dalam kolam. Satu kata setelah mendegar semua cerita itu “SUMPEK” wajar saja merasa ketakutan kalau-kalau jalan hidup kami seperti cerita-cerita itu.
Namun, masa iya sih?hal-hal seperti itu dikatakan salah jalan? Bukankah saat seseorang dihadapkan pada sebuah pilihan ia akan berfikir keras untuk mempertimbangkan mana yang terbaik buatnya. Jangankan masa depan, hal kecil seperti membeli baju atau untuk sekedar membeli perfume saja terkadang kita bingung dan butuh waktu untuk berifikir. Hmmm, diam-diam hati yang tadinya pilu mulai merekah menabur kata mutiara dalam relungnya. Pasti bisa, percaya, harus percaya ini memang sudah digariskan. Sekalipun mendapat akhir yang tak seperti rencana, tapi dengan rasa syukur akan apa yang telah Sang Pencipta berikan pastilah membawa setiap insan pada sebuah kenikmatan yang tiada batasnya. Tinggal bagaimana setiap individu percaya, berusaha dan bertawakal. Yang pasti banyak jalan menuju Roma tentu banyak juga jalan menuju kesuksesan. Meski punya segudang kata mutira sebagi motivator , ketakutan tetap saja menghadang. Ah sudahlah,
Suasana mulai mencekam, energi negative bertebaran dimana-mana. Dan joke khas ala beliau siap meluncur menepis kegunadahan hati semua yang dikelas.
“Lebih baik kalian sumpek mulai dari sekarang, pikirkan dengan serius, jangan lantas nanti pulang kerumah kalian langsung bunuh diri…”
Beliau tersenyum hangat dibarengi suasana kelas yang mulai normal. Tapi jika bunuh diri bukan sebuah perbuatan laknat, mungkin sudah banyak yang melakukan itu karena bukan bebek dalam kolam atau bukan bebek tapi dikolam. (Hahaha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar