Only hope

Sabtu, 03 Desember 2011

Apakah Anda Bebek dalam Kolam? (Andaikata bukan barangkali ini semua memang sudah digariskan)


Jumat yang menyenangkan, setelah dibuat pusing oleh gaya garvittasi, saatnya untuk mendegar nasehat khas ala guru BK yang sangat unik. Kali ini beliau datang dengan wajah yang serius. Bukan karena ada masalah dikelas, tapi karena membahas hasil sisipan (Middle Test) dua minggu yang lalu. Beliau berkata, hasil sisipan yang sudah kami terima adalah barometer mengukur kemampuan kami dirapor semester 3. Mendegar itu, siapa yang tidak bingung kalau nilai sisipannya sama sekali tidak memuaskan (termasuk penulis, hehehe). Semakin dag dig dug saja, saat sebuah fakta diungkapkan secara blak-blakkan. Dengan nada santai beliau menanyakan tentang nilai kami disisipan. Tanpa sempat seorangpun menjawab pertanyaan itu. Beliau menimpali dengan fakta yang tidak pernah dan tidak mau disadari oleh mereka yang duduk dijurusan IPA. Kira-kira beliau menyatakan, apakah nilai mata pelajaran selain eksak ternyata lebih bagus daripada mata pelajaaran khas (Fisika, Biologi, Kimia) . Sekali lagi tanpa seorangpun menjawab, barangkali dihati kami sudah sesak memikirkan itu. Belum lagi saat harus ngobrol tentang universitas, jurusan, PTN (Perguruan Tinggi Neger) dan seperangkatnya. Makin memusingkan pikiran. Huft, sepertinya hati kecil ini bersenandung, seolah ia bertanya pilu dalam relung yang paling dalam,
“Sebenarnya aku masuk IPA untuk kuliah dimana? Untuk bekerja menjadi apa? ”
Toh pada dasarnya sekolah setingggi mungkin itu hanya untuk mendapatkan penghidupan yang layak melalui pekerjaan yang mapan diamsa depan. Namun, sebelum menyelam kedalam air, kita takkan tahu seberapa dalamkah genangan air itu? Begitupula dengan IPA, sebelum mencoba untuk masuk IPA, nggak akan tahu seberapa berat perjuangan hidup? (berlebihan) Antara menyalahkan rasa penasaran juga ambisi dan menyalahkan keadaan. Walau bagaimanapun, tak ada yang bisa dilakukan selain berjalan maju, walau jalan kan berliku (berlebihan lagi).
Suasana yang tadinya penuh denagn energi negative, mulai pupus tersingkap oleh joke yang dilontarkan beliau. Sejujurnya beliau selalu punya caranya sendiri untuk menjadi mood maker dikelas. Gelak tawa mulai terpancar dari setiap mimik siswa. Tapi begitu beliau mulai kembali ketopik utama, semua diam, menatap serius kearah beliau. Melalui seminar yang beliau ikuti, beliau mencoba mentransfer ilmu yang didapat pada kami. Pertanyaan singkat dan tidak jelas.
“Apakah kalian adalah bebek dalam kolam?”’
Sontak semuanya bingung, dan berunding dengan teman sebangkunya (termasuk penulis juga…) . Melihat reaksi anak-anak yang bingung, beliau memberi clue yang menjurus kemaksud sebenarnya
“Hmmm, kalau bebek diapangan basket pasti dia tidak nyaman, nah kalau dia dikolam pasti nyaman, sebaliknya kalau dia bukan bebek dan harus berada dikolam, sudah pasti tak nyaman”
Sepertinya yang satu ini bisa dimengerti. Apa ini sindiran ala majas ironi? Sejujurnya agak merasa tersindir dengan pernyataan beliau. Pembaca pasti tahu apa maksud dari bebek dalam kolam? Beliau lantas melanjutkan ceritanya. Kali ini mengusung fakta-fakta terkini tentang orang-orang sukses yang ternyata dulunya bukan bebek tapi berada dikolam. Dan macam-macam sekali ceritanya. Ada yang dari SMA, kuliah SI cocok, tapi begitu ia harus bekerja, Justru harus keluar dari bidang yang telah lama ia tekuni. Atau bahkan ketika ia sudah bekerja yang sudah sesuai dengan jurusan S1nya namaun karena hati kecilnya bergeming, ia melanjutkan S2 nya dalam bidang yang berbeda. Parahnya, ada juga yang belum menemukan solusi terbaik karena ia bukan bebek dan berada dikolam atau karena ia bukan bebek tapi ada dalam kolam. Satu kata setelah mendegar semua cerita itu “SUMPEK” wajar saja merasa ketakutan kalau-kalau jalan hidup kami seperti cerita-cerita itu.
Namun, masa iya sih?hal-hal seperti itu dikatakan salah jalan? Bukankah saat seseorang dihadapkan pada sebuah pilihan ia akan berfikir keras untuk mempertimbangkan mana yang terbaik buatnya. Jangankan masa depan, hal kecil seperti membeli baju atau untuk sekedar membeli perfume saja terkadang kita bingung dan butuh waktu untuk berifikir. Hmmm, diam-diam hati yang tadinya pilu mulai merekah menabur kata mutiara dalam relungnya. Pasti bisa, percaya, harus percaya ini memang sudah digariskan. Sekalipun mendapat akhir yang tak seperti rencana, tapi dengan rasa syukur akan apa yang telah Sang Pencipta berikan pastilah membawa setiap insan pada sebuah kenikmatan yang tiada batasnya. Tinggal bagaimana setiap individu percaya, berusaha dan bertawakal. Yang pasti banyak jalan menuju Roma tentu banyak juga jalan menuju kesuksesan. Meski punya segudang kata mutira sebagi motivator , ketakutan tetap saja menghadang. Ah sudahlah,
Suasana mulai mencekam, energi negative bertebaran dimana-mana. Dan joke khas ala beliau siap meluncur menepis kegunadahan hati semua yang dikelas.
“Lebih baik kalian sumpek mulai dari sekarang, pikirkan dengan serius, jangan lantas nanti pulang kerumah kalian langsung bunuh diri…”
Beliau tersenyum hangat dibarengi suasana kelas yang mulai normal. Tapi jika bunuh diri bukan sebuah perbuatan laknat, mungkin sudah banyak yang melakukan itu karena bukan bebek dalam kolam atau bukan bebek tapi dikolam. (Hahaha)

Dunia pasti Berputar (namun hatiku bergetar)

Kutelan ludah, dan mulutku mulai berucap

"Sudah lama hal ini kupendam dan kuelakkan dari logikaku sendiri. Mencoba berdiri tanpa rasa iri ketika melihatmu dengan dia yang disebelah kiri. Tapi ternyata itu makin membuatku tersiksa? Hampir putus asa! Binasah saja semua rasa! Itu yg selalu aku tidak bisa! Langit bagiku kamu adalah langit dg seribu bintang bertebaran dikehidupanmu, sedangkan aku hanya awan kecil yang selalu ada dilangit? Entah awan apa? Mendung atokah awan Cerah? Kaktus

Kamu adalah kaktus, kamu indah tapi ada sisi yg sulit difahami darimu, apalagi kalau bukan durimu? Banyak yang ingin menyentuh hatimu, tapi mereka tidak hati2 dan terkena durimu, lantas marahlah mereka dan sakit karenamu. Seribu gadis memujamu aku tiada peduli walau aku pilu melihatnya! Bagiku itu hanya ironi dalam elegi kisah ini.

Aku harus jujur lantas menyimpan dalam2 perasaan yang kelam ini ! Maafkan aku ! Maaf aku sayang kamu, bukan sebagai yang lain tapi sayang kamu sebagai dirimu. Dirimu yang kukenal selama ini , yang ada dan mengadakan perasaan ini, sungguh aku menyayangimu" begitu kata terakhir terucap dari mulutku. Sahabatku berbisik pelan ,

"dunia pasti berputar, tunggulah saat itu.."

Lantas aku tersenyum getir pada bayangan maya dicermin hiasku.

Perasaan ini sampailah padanya?

Punya Kebiasaan mencari tahu dan memantau privasi seseorang yang dekat dengan orang yang KITA SUKAI

Hmm.. Mungkin hanya dengan membaca judul catatan ini, facebooker2 pada bingung n ruwet, seruwet kebiasaan buruk ini,
Rasanya dari judul telah dijelaskan kebiasaan buruk tsb, tapi untuk pemantapan bagaimana kalau bikin pemisalan alias contoh kaya' begini...
Ada seseorang yang selalu ingin tahu tentang perkembangan sang mantan pacar ataupun teman dekat berkaitan relasinya dg orang lain, sii X ini selalu pengen tau soal siapa2 aja yang sedang dekat dg mantannya , dan bahkan alo udah tau, akan selalu rutin cek perkembangannya, mulai dari lewat fb, tanya keteman2 dekat sanga mantan, atau nekat menyindir secara langsung pd orang yg dket dg mantannya.
,
seolah-olah sii X ini merasa digantikan, merasa telah sii Y Lah yg merebut mantannya.
Tentu ini kebiasaan buruk yang levelnya medium!
,atau bisa jg jdi hard karena sudah memasuki stadium akhir !
,
sii X Akan terus menerka-nerka dan berprasangka buruk!
Nah, jelas ituw tidak baik kn?
,
tidak ada bedanya dg org yang suka bergosip,
kebanyakan kebiasaan sok2 menerka ini dilakukan melalui media fb (:D LOL pengalaman pribadi)
tentu bukan salah fb, tapi kitalah yang salah yang punya kebiasaan buruk itu !
,
mulai dari buka fb sii Y Hampir tiap jam, membaca pesan dindingnya, infonya, statusnya, catatanny d.eL.EL
,
alo udah baca biasanya akan jengkel dan mulailah berprasangka!
,
:O nah Lo!
Alo diterus-terusin bakal mengakibatkan kerugian noh !
1. Berdosa karena suuzan pd org laen.
2. Boros pulsa.
3. Mbuang waktu.
,
:D nah ayo sejenak mengevaluasi diri kita, dan kita cari solusi.na
sekian..
:> CREDITS...

Andhara yang mana? (Still Confused)

“Kakak itu… Kakak itu suka Andhara… Andhara dhek!!! Aku sayang kamu cuma sebatas saudara dhek…”
“Kakak sama Andhara… Andhara Dhek!!!”
Apa!?! Kakak suka Dhara? Raga ini terasa dialiri arus listrik dengan tegangan tinggi. Begitu kagetnya, seakan rohku yang semalaman beranjak dari tubuh ini kembali dengan terburu-buru.
“Dregtdregtdhdrddrdrgrdrhrd”
Getaran hp tanda ada pesan masuk mengejutkanku untuk keduakalinya.
Beberapa hari ini, tidurku dihiasi dengan bunga tidur yang sama. Gara-gara membayangkan hal konyol seperti itu di depan pintu lab. komputer , entah kenapa aku jadi penasaran dengan anganku sendiri. Sebenarnya apa yang ingin dikatakan kakak waktu itu… masa’ iya sih dia suka Andhara seperti dimimpi buruk yang selalu menghantuiku itu. Harusnya aku ingat kelanjutan perkataannya. Mencoba untuk menerapkan logika , tapi tetap saja ini membingungkan. Sekalipun kalimat itu adalah pernyataan tapi tak ada sedikitpun makna kebenaran ataupun kesalahan didalamnya. Cuma hal yang GEJE (Gug Jelas) Apa berarti itu kalimat terbuka?
“Argh…Argh…”
Bukan waktunya memikirkan hal nggak penting kaya’ gitu!! Oh iya… tadi ada sms kan? Mata ini yang tadinya sayup-sayup terbuka langsung membuka dengan lebarnya, syaraf lensaku cepat sekali terhubung dengan otak kiriku…
“Kakak!!!” Teriakku dalam hati.
Ada apa ini? Benar-benar menakjubkan. Apa dia ingin aku berangkat lebih pagi lalu kami bertemu dan saling bicara. Bukan!!! Apa ini hal yang tidak terduga? Ini pertama kalinya kakak sms duluan sejak saat itu. Aku tahu… mungkin ini kata-kata indah untuk menyambut pagiku bersamanya. Tanpa pikir panjang lagi ibu jariku (Bapak jarinya belum bangun) menekan tombol OK dibagian tengah keypad Hpku. Kyaaaa!!! Aku nggak sanggup. Sekali kedipan mata ini berlalu , kubaca kata pertama dalam pesannya
“Dhek…”
Waah.. panggilan kesayangan. Dan inilah pesannya…
“Dhek…aku pinjem buku les Jepangmu ya… ”
GubRaAaAaaaaaAk!!!
Keajaiban memang ada, tapi perubahan itu susah diadakan. Status adik yang kujabat ini, lebih tepat sebagai perpustakaannya saja. Kira-kira kapan kakak sadar dan mencanangkan jabatan itu padaku. Buku apa sih yang nggak dia pinjem? Kimia, Biologi, Jerman dan sekarang Jepang. Huft… Mata yang sudah membuka lebar ini jauh lebih terbelalak saat melihat jam dinding hadiah dari sebuah merk detergen terkenal itu menunjukkan pukul 05.15. Gilaa… Bukan hanya akan masuk neraka Wail karena telat shalat shubuh. Tapi juga dapat nila E diremidi matematika. Semalaaman aku tidur pulas dan tidak belajar sama sekali. Belum sempat membalas pesannya, tubuh ini bergegas beranjak dari ranjang kecil berantakan tak karuan.
***
Awan boleh saja mendung karena ia murung, mataharipun sedang tidak mau keluar karena marah. Tapi lagi-lagi jarum jam tak mau sedikitpun kompromi, toh ia tetap berputar dengan cepatnya. Pukul 06.29, omelan ibu seperti keluar masuk dari telinga kananku ketelinga kiriku. Ini memang salahku bangun kesiangan tapi apa dengan mengomel dan marah-marah, waktu akan berhenti?
Cuma bisa membatin “Emakku cerewet!”
Tiga tahun diantar berangkat kesekolah sudah membuatku tahan banting kalau dikejar waktu. Begitu sampai disekolah, bel masuk sudah bernyanyi dengan merdunya. Kaki kecil ini, segera berlari menuju rumah keduaku. Kelas X~C, semua yang ada disini adalah saudaraku. Kutahu hal itu saat menyadari bahwa waktulah yang menyatukan kami, bukan perbedaan yang memisahkan kami. Sejak semester II tiap dua hari sekali kami rolling bangku. Aku sering sekali bingung. Tapi senyum simpul Yafa yang khas segera memberi tanda dimana seharusnya aku duduk. Bingkai kaca mata merah marun dengan lensa mikanya selalu jadi hal yang menarik untuk dilihat. Sekalipun telah singgah dibangku kayu sederhana namun nyaman, adrenalinku tetap saja bergejolak terlebih omelan ibu terngiyang-ngiyang hingga bersemayang dalam hati ini. Huft…
“Nanti jadi remidi matematika…” Tanyaku pada Yafa sambil megeluarkan buku gambar A3ku.
“Nggak…” Jawabnya pelan.
“Waah!! Siip aku nggak belajar sama sekali.” Sorakku bahagia.
“Maksudnya nggak tahu!!!”
Gubraaakkkk!
Sahutnya tanpa dosa dengan memencet-mencet keypad Hpnya. Ya..ya… itu keburukan Yafa , susah baginya untuk nggak smsan waktu pelajaran. Tapi tak apalah yang penting dia tetap respect sama pelajaran. Sejenak kami terdiam menyenandungkan doa khusuk kepada-NYA. Kuharap RidhoNYA selalu menyertai kami.
“Nanti liat bareng ya… pensi di SMA Palace, mas ovan tampil!!!”
Senyumnya girang sambil memandang hangat foto mas Ovan di layar Hpnya.
“Owh.. he’em.. sekalian mau ngajak kakak juga, soalnya temenku minta ketemuan.”
Jawabku sambil mencelup kuas ukuran sebelas kedalam segelas air.
Belum sempat aku berangan, anganku telah pupus tertiup oleh dirinya.
“Wah.. honey Bunnykuu sms…” kata Dhara tepat dimukaku.
Ini anak ngapain sih, nggak nyadar ya suaranya cempreng. Lebih cempreng lagi cekikikan Rose yang berdiri didepan bangku kami. Beberapa hari ini aku sedikit illfeel dengan mereka berdua. Terlebih sama Dhara. Sebelumnya perlu diperjelas, “Hunny Bunnynya” sii Dhara ini bukan siapa-siapa atau apa tapi dia itu kakak. Semula aku anggap dia cuma menggodaku. Tapi apaan!?! Makin kesini kok mereka makin dekat… Tiap hari smsan, pesanku aja dicuekin.
“Apaan sih!! Jangan sombong deh, kakak udah punya pacar . Nggak seharusnya kamu merusak hubungan mereka!!!”
Kataku panjang lebar sambil mengggores tajam warna merah dibuku gambarku.
“Siapa??? Tapi toh dia tetap respect kok ke aku!!!”
Balasnya lagi diiringi cekikan mengerikan ala mba’ kunti.
Aku tahu , pikiranku sadar bahwa apa yang dilakukan Dhara itu cuma picisan. Tapi tetap saja hatiku bergeming. Aku Takut (Vierra) Dhara akan semakin melukai kenangan kami. Entah setan apa yang ada dihatiku. Aku nggak akan tinggal diam, aku ngggak mau dia berkata Sorry (Night to Remeber) . Apa harusnya Biarlah (Killing Me Inside) semua berlanjut tanpa ada campur tanganku lagi. But myheart FOREVER(Killing Me Inside) stay in his heart. Jangan pergi (D’massive) dengan Andhara kak… Satu hal yang pasti ini bukan Bizarre Love Triangle (Frente). Bukan cinta segitiga soalnya emang lebih dari 3 hati. Ayo kita hitung bersama-sama, aku, Chia, Pacar kakak, Andhara dan kakak sendiri. Menggelikan!!! Ini sih cinta segi lima. “-_-
“Rose liat deh.. sms.nya kakak panjang-panjang lo… dia lebai banget”
Sindir Dhara dengan cekikikan menngelikannya itu.Melihatku tidak ada respons. Dhara makin berulah. Sampai akhirnya kami jadi berdebat terbuka.
“Dhara!!! Jangan merasa klop secepat itu deh! Tetap aja yang lebih lama mengenal dia lebih mengerti kakak ” Sahutku dengan satu elakan mata.
“Kamu salah… menurutku nggak kaya’ gitu. Toh buktinya aku bisa. Nggak butuh lama untuk akrab kalau saling pengertian.” Balasnya sok bijak.
“Ya udah jadian aja!!!
Semoga kakak segera nembak kamu dan kamu jadi orang ketiga”
Aku cuma berharap malaikat tidak mengamini doaku itu. Aku akan benar-benar terguncang dengan itu semua. Kali ini Dhara mendekatkan wajahnya kemukaku.
“Biru… haduh.. anak ini!!!” Keluhnya, sembari memencet keypad Hpnya. Entah untuk apa…
Sementara itu Rose tengah bersiap untuk cuap-cuap.
“Tapi kalauapun kamu menunggu dan terus menyayangi kakak, itu semua nggak ada guna kale!!!”
“Kenapa gitu? Kejam kamuu…” Saut Yafa yang mulai tertarik diforum debat dadakan kami.
“Percuma… soalnya kan Biru nggak mau pacaran, terus Mau Dibawa Kemana? (Armada)”
Spontan mereka yang 4L4Y mulai menyanyi lagu tersebut dengan lirih, lirihnya suara mereka menusuk dalam hati ini, perasaanku terguncang. Kucerna baik-baik kata-kata Rose tadi. Apa aku terlalu munafik untuk nggak mau pacaran tapi kenyataan jelas berkata aku sangat mengharapkannya dan sangat menyayanginya. Untuk apa? Kenapa? kenapa harus menyadari hal itu secepat ini… Aku tahu itu.. tapi aku tidak mau sadar dengan itu semua. Cukup… aku nggak tahan dengan nyanyian mereka.
“Cukuuup!!!”
Teriakku lantang tanpa dosa. Serentak seluruh pandangan mengarah padaku. Terlebih pandangan pak Noer begitu tajamnya. Haduh…
“Jangan berisik Kamu!!!”
Teriak beliau tak kalah lantang dengan teriakkanku tadi.
‘O’ SCREAMOO…
“Absen 3 pak…”
Kata Frizal, dasar asal ngomong aja.
***
Suntuk mengetuk hatiku… Bahkan matahari tetap saja marah. Galaunya hati, apalagi alasannya kalau bukan karenanya. Setitik embun dedaunan mengalir pelan kepelataran. Perasaanku yang tak karuan sungguh mengherankan. Boleh saja sayang tapi jangan membuatku dimabu’ kepayang dengan rasa yang tak jelas ini. Tapi mataku belum minus kan! Jelas-jelas itu kakak, Kenapa bergerombol gitu? Mau ngapain anak X~A? Aku yang duduk termangu cuma bisa memalingkan muka dan cuek-cuek sajjah. Tapi suara yang tidak asing ditelingaku telah memanggil jiwa ini berlahan.
“Heh.. lu nggak liat? Asan mau nembak tuh…”
Asan? “Kakak…”
Teriakku dalam hati lagi. Nembak siapa? Aku beranjak dari tempatku singgah secepat mungkin. Jarakku dengan pintu cuma 2 meter tapi kok rasanya 2 kilometer. Kulihat dalam-dalam sosok kakak yang berdiri didepan kelas, apa yang akan ia katakan?
“Andhara !!! I LOVE YOU”
Whaat!!! Apa malaikat-malaikat mengamini doaku tadi pagi. Rasanya aku nggak sanggup lagi melangkahkan kaki ini kedalam rumah keduaku. Sekalipun raga ini memaksa masuk tapi tetap saja hati ini bergeming dengan kuatnya. Aha!!! Pasti ini cuma fantasi, 1 detik, 2 detik, 3 detik…30 detik. Sial ini kenyataan. Kenapa? Aku nggak mau mendengar ini, apa yang harus aku lihat? Apa yang harus aku katakan? Kosong dan hitam, cuma itu saja! Niatku untuk masuk pupus sudah, tertiup suara gaduh saudara-saudariku. Didalam kelas begitu ramai layaknya pasar induk, hiruk pikuknya bak supporter sepak bola.
“Terima!!! Terima!!!” Begitu sorak-sorai mereka.
Iras… Iras dimana? Pacarnya sedang ditembak orang lain. Bisa-bisanya dia hilang seperti ditelan bumi. Apa dia sama sekali nggak ada feeling lagi sama Dhara? Kelas makin gaduh, detak jantungku makin melemah serasa tak ada lagi gerakan sinergis kedua katup jantung ini… Suara lirih dan merdu Yafa memecahkan kegaduhan.
“Bentar-Bentar!!! Andhara siapa dulu nih? Andhara Sherlita Putri (Dhara) atau Biru Andhara Nicklani (Biru)?” Teriaknya lugu,
Yafaa… kamu cerdas, lebih dari Einsten ataupun Edison.
“Ya, Andhara…”
Belum selesai kakak melanjutkan perkataannya. Tiba-tiba Iras berlari secepat Eyeshield 21 menuju kelas. Apa yang mau dia lakukan? Tangannya mengepal ditujukan kekakak. Nggak boleh !!! Jangan sakiti kakak. Aku yang cuma tinggal selangkah kekelas, mempercepat langkah dan berlari menghadang Haris. Sampai bisa! pasti bisa!
“GubraAaAaAaAaK!!!”
Kenapa ini? Semua yang kulihat terasa bergoyang,terlebih potret mereka kok seperti film tahun 60-an? Semakin redup, rasa nyeri apa didahiku ini… Seperti ada yang menetes dan kulihat wajahnya… wajah kakak. Paras yang sendu dan dingin. Segalanya jadi lebih gelap dibanding malam tanpa bintang.
“Adhek… dhek..”
Senyap-senyap kudengar suaranya memanggil-memanggilku..
“Biru!!! Biru!!!”
Lalu kenapa Yafa juga berseru memanggilku? kalian kenapa?
Dengan lirih hati kecil ini tengah bersenandung merdu…
But I’m Not Okay…
If you were with other girls..
RIP they are!!! Ran to your heart…
Unforgetable moments that we have done…

IPA (Lebih dari Sekedar Pilihan)

Hampir satu semester jalan ini ditempuh, dan tak ada yang lebih berkesan selain ketiga eksak yang sudah pasti jadi mata pelajaran khas dijurusan ini. Penyesuaian, selama ini belum juga dapat mengatur waktu dengan tepat, padahal semester ini penentuan yang sangat penting, apakah bisa menjadi dari 50% dari kelas untuk diundang keuniversitas melalui nilai rapor. Untuk sekedar bertahan saja berat, jadi tak usahlah muluk-muluk dan berharap banyak menjadi seperti itu. Sesal? Itu sama sekali tidak berguna. Ingin rasanya berbelok kejalan yang lain, namun itu hanya asa dalam imajinasi. Setidaknya biarkan saja bertahan disini hingga suatu hari dapat benar-benar dijalan yang memang bisa dikatakan “Its myway” . Ganjalan hati terus saja bersarang dalam keseharian menuntun ilmu dibidang ini. Keluh kesah tak terelakkan, bahkan jiwa sempat tergunacang, kenapa harus terpejam melihat kenyataan yang ada jika sedari dulu kenyataan inilah yang dulu jadi impian. Inilah titik balik kehidupan, bisa saja ini bergeser kearah positif dan berakhir baik, tapi jika bergeser kearah negatif?
Suatu hari, saat seorang teman bersedia mengantarku pulang, kami bercakap ringan. Hingga sampai pada satu kalimat keluh kesahku tentang pelajaran dijurusan ini. Mulutku asal saja, sebuah kalimat konyol tergelincir dilidahkau dan begitu saja keluar.
“Rasanya pengen pindah aja, tapi nggak mungkin”
“Pindah ke-B?”
“………….”
“Menurutku kamu lo memang cocok dijurusan yang sekarang ini”
“Tahu dari mana?”
“Susah jelasinnya, tapi emang cocok kok…”
Sontak ganjalan itu sedikit meleleh, mendengar seseorang berkata demikian terasa menyejukkan hati. Barangkali cuma butuh energi positif supaya dapat terus bertahan.
Kala itu ulangan ke-3 eksak yang sedari UH pertama selalu saja dapat nilai yang tidak memuaskan. Entah mengapa kali ini dapat mengerjakan dengan begitu lancar. Sampai kemarin pada UH ke-4 eksak ini, ternyata lancar juga walau setelah dicocokkan dengan seorang teman ada saja yang salah. Dan untuk pertama kalinya kalimat ini berucap begitu saja
“Ternyata ***ia itu asyik ya …”
Ungkapku pada teman sebangku.
“Kenapa baru nyadar…?”
“(Tertawa kecil)”
Kali ini aku diam duduk bersandar dibawah papan tulis sambil memandang rumah keduaku. Ini memang jalanku… hati kecil ini bergeming. Apapun yang terjadi takkan lagi ada niat untuk keluar dari jalan yang telah kupilih. Baik hari ini, kemarin atau hal-hal yang buruk yang sudah terjadi. Aku akan memaafkan masa laluku, dan menatap optimis masa depan. Meski tanpa jalur diundang atau apapun itu, masih banyak jalan dan kesempatan karena aku meyakininya. IPA (Indah Pada Akhirnya) ini memang lebih dari sebuah pilihan. Akhirnya kutahu apa yang lebih dari jalan ini. Memahami, aku harus memahami setiap bab yang disampaikan, barangkali ketika telah mengerti atau sekedar berlatih banyak soal. Ulanganku selalu saja lancar. Dan sekali aku memahami dan mengerti, maka esoknya tak perlu lagi menghafal yang sudah-sudah. (SEMAGAT!!!)

Friday to Remember (Kita bertemu lagi, meski dengan senyum seadanya)


Lagi-lagi waktu mengejar seolah meraung dipagi yang berembun ini. Jam dinding hadiah dari merk detergen terkenal itu, mennujukkan pukul 05.45 dan aku masih lahap menyantap sarapan yang hari ini sangat panas (Baru saja matang) Antara mengunyah dengan cepat dan juga omelan ibu tercinta yang terus saja keluar masuk dari telinga kanan ke telinga kiri. Satu sendok terakhir, dan segera kutelan begitu saja, tanpa bernafas, teh hangat segera kuminum begitu saja. Tidak!!!! Pukul 05.55, dari sini kesekolah jaraknya 8 km. Hari ini ada tambahan pelajaran Fisika, ulangan pula. Haduh!!!! Ibu yang sudah diluar sambil menyetir motor terus mengklakson menyuruhku agar segera naik. Selalu saja seperti ini. Bagaimana ini? Dibonceng dengan kecepatan tinggi sudah menjadi rutinitas berangkat kesekolah. Kali ini aku takut rumus-rumus fisika yang baru saja kupelajari shubuh tadi terjatuh dijalanan padat mojokerto. Ah!!! Kumohon!!! Cepatlah sampai disekolah!!!
Sekitar 15 menit kemudian gerbang sekolah sudah terlihat dari kejauhan, dan kulihat sekelebat sosok yang seperti kukenal. Jaket warna pink kotak-kotak hitam? Jangan!! Bukan!!! pasti bukan dia…
Ibu menghentikan motornya. Lantas aku turun tak lupa salim. Ah, aku tidak siap mental kalau harus bertemu, sudah lama kami tidak bertegur sapa. Tapi, kalau aku tidak segera kekelas? Ulanganku bagaimana, tanpa pikir panjang aku melangkah masuk kegerbang sekolah. Dan seketika kulihat sosokmu berdiri menanti (bukan aku) temanmu yang tadi memberi tumpangan untuknya. Awalnya kuputuskan untuk menunduk saja, berusaha tak melihatmu. Tapi mustahil, dia ada didepanku. Tas yang kujinjing jadi terasa berat, ingin rasanya segera saja berlari dan berakhir tanpa menyapanya.
“………………………………..”
Tanpa sepatah kata apapun, aku berlalu dengan senyum seadanya.
“…………………………”
Ia juga begitu, senyum seadanya.
Begitu berlalu dari sosoknya. Ukh!!! Harusnya aku memanggil namanya, atau paling tidak sedikit mengobrol karena kami sudah berbulan-bulan tak ada kabar. Halah, sesal selalu dibelakang. Bukan saatnya memikirkan hal bodoh itu, setibanya dirumah keduaku. Ternyata ulangan sudah dimulai, yang datang juga sudah banyak, namun tak apalah, masih disoal nomor satu. Sambil menulis soal dan menjawabnya, diam-diam aku mengingat senyuman dan pandagannya saat kami bertemu. Kenapa aku seolah menagkap kejut dalam batinmu? Apa senang karena akhirnya bisa melihatku setelah lama tak jumpa?
Atau justri ia canggung dan merasa aneh melihatku yang amburadul dan ternuru-buru tanpa sebab. Entahlah, apapun yang ia pikirkan, kuharapa ia tahu, aku tidak pindah sekolah. Jumat, aku senang kita bertemu, Friday to Remember. Begitu lamunankun hilang. Ternyata soal nomor 2 sudah disebutkan. Tapi ngomong-ngomong?harus menggunakan rumus apa untuk soal yang satu ini?. Haduh, bakal remidi kalau kaya’ gini…
(Ukh)

Lili, Melati dan Ilalang


Dikau lili, daku ilalang
Angin berhembus meniupkan kita
Menarilah kita dalam alunan insrtumen alam
Seluas sabana nan hijau
Kalbuku terperangah olehmu
Lili, karena dikau adalah lili

Kelopakmu putih bersih
Sebening tetesan embun pagi ini
Terik mentari menyilaukan pandanganku
Dan kupandang diri ini dalam pantulan sinar pada
Setetes embun
Hijau, hanya hijau yang daku punya
Ilalang…
Karena daku ilalang…

Tempatmu disebarang sana
Tempatku tentu disini
Dikau bersama warna-warni keindahan
Daku bersama kesendirian berimbuh pilu hati
Sekelilingmu adalah selayaknya dirimu yang dipuja
Kelopak mereka merekah, memancarkan pesona
Membumbunglah engkau dengan Melati yang harum

Ilalang bisa saja tumbuh dimanapun
Namun Lili dan Melati justru tumbuh bersama
Berdampingan, seolah mereka serasi
Putih, itulah dikau dan dirinya
Sekejap ilalang mengelak,
Merajuk
Lantas dihembuskan angin…

Bukan pilu jika tanpa sesak
Hey Lili!!!
Sapalah daku yang ilalang.
Mengejutkan….
Lili terenyum hangat mendamaikan
Kekosongan jiwa ini…

Ilalang bersenandung pelan dalam damai
Karna Lili masih mengingatnya
Melati tetap bersama lili
Dalam sabana ini
Daku tetap melihat Lili dan Melati
Dikau dan dirinya menari bersama
Mengarungi kehidupan