“Kakak itu… Kakak itu suka Andhara… Andhara dhek!!! Aku sayang kamu cuma sebatas saudara dhek…”
“Kakak sama Andhara… Andhara Dhek!!!”
Apa!?! Kakak suka Dhara? Raga ini terasa dialiri arus listrik dengan tegangan tinggi. Begitu kagetnya, seakan rohku yang semalaman beranjak dari tubuh ini kembali dengan terburu-buru.
“Dregtdregtdhdrddrdrgrdrhrd”
Getaran hp tanda ada pesan masuk mengejutkanku untuk keduakalinya.
Beberapa hari ini, tidurku dihiasi dengan bunga tidur yang sama. Gara-gara membayangkan hal konyol seperti itu di depan pintu lab. komputer , entah kenapa aku jadi penasaran dengan anganku sendiri. Sebenarnya apa yang ingin dikatakan kakak waktu itu… masa’ iya sih dia suka Andhara seperti dimimpi buruk yang selalu menghantuiku itu. Harusnya aku ingat kelanjutan perkataannya. Mencoba untuk menerapkan logika , tapi tetap saja ini membingungkan. Sekalipun kalimat itu adalah pernyataan tapi tak ada sedikitpun makna kebenaran ataupun kesalahan didalamnya. Cuma hal yang GEJE (Gug Jelas) Apa berarti itu kalimat terbuka?
“Argh…Argh…”
Bukan waktunya memikirkan hal nggak penting kaya’ gitu!! Oh iya… tadi ada sms kan? Mata ini yang tadinya sayup-sayup terbuka langsung membuka dengan lebarnya, syaraf lensaku cepat sekali terhubung dengan otak kiriku…
“Kakak!!!” Teriakku dalam hati.
Ada apa ini? Benar-benar menakjubkan. Apa dia ingin aku berangkat lebih pagi lalu kami bertemu dan saling bicara. Bukan!!! Apa ini hal yang tidak terduga? Ini pertama kalinya kakak sms duluan sejak saat itu. Aku tahu… mungkin ini kata-kata indah untuk menyambut pagiku bersamanya. Tanpa pikir panjang lagi ibu jariku (Bapak jarinya belum bangun) menekan tombol OK dibagian tengah keypad Hpku. Kyaaaa!!! Aku nggak sanggup. Sekali kedipan mata ini berlalu , kubaca kata pertama dalam pesannya
“Dhek…”
Waah.. panggilan kesayangan. Dan inilah pesannya…
“Dhek…aku pinjem buku les Jepangmu ya… ”
GubRaAaAaaaaaAk!!!
Keajaiban memang ada, tapi perubahan itu susah diadakan. Status adik yang kujabat ini, lebih tepat sebagai perpustakaannya saja. Kira-kira kapan kakak sadar dan mencanangkan jabatan itu padaku. Buku apa sih yang nggak dia pinjem? Kimia, Biologi, Jerman dan sekarang Jepang. Huft… Mata yang sudah membuka lebar ini jauh lebih terbelalak saat melihat jam dinding hadiah dari sebuah merk detergen terkenal itu menunjukkan pukul 05.15. Gilaa… Bukan hanya akan masuk neraka Wail karena telat shalat shubuh. Tapi juga dapat nila E diremidi matematika. Semalaaman aku tidur pulas dan tidak belajar sama sekali. Belum sempat membalas pesannya, tubuh ini bergegas beranjak dari ranjang kecil berantakan tak karuan.
***
Awan boleh saja mendung karena ia murung, mataharipun sedang tidak mau keluar karena marah. Tapi lagi-lagi jarum jam tak mau sedikitpun kompromi, toh ia tetap berputar dengan cepatnya. Pukul 06.29, omelan ibu seperti keluar masuk dari telinga kananku ketelinga kiriku. Ini memang salahku bangun kesiangan tapi apa dengan mengomel dan marah-marah, waktu akan berhenti?
Cuma bisa membatin “Emakku cerewet!”
Tiga tahun diantar berangkat kesekolah sudah membuatku tahan banting kalau dikejar waktu. Begitu sampai disekolah, bel masuk sudah bernyanyi dengan merdunya. Kaki kecil ini, segera berlari menuju rumah keduaku. Kelas X~C, semua yang ada disini adalah saudaraku. Kutahu hal itu saat menyadari bahwa waktulah yang menyatukan kami, bukan perbedaan yang memisahkan kami. Sejak semester II tiap dua hari sekali kami rolling bangku. Aku sering sekali bingung. Tapi senyum simpul Yafa yang khas segera memberi tanda dimana seharusnya aku duduk. Bingkai kaca mata merah marun dengan lensa mikanya selalu jadi hal yang menarik untuk dilihat. Sekalipun telah singgah dibangku kayu sederhana namun nyaman, adrenalinku tetap saja bergejolak terlebih omelan ibu terngiyang-ngiyang hingga bersemayang dalam hati ini. Huft…
“Nanti jadi remidi matematika…” Tanyaku pada Yafa sambil megeluarkan buku gambar A3ku.
“Nggak…” Jawabnya pelan.
“Waah!! Siip aku nggak belajar sama sekali.” Sorakku bahagia.
“Maksudnya nggak tahu!!!”
Gubraaakkkk!
Sahutnya tanpa dosa dengan memencet-mencet keypad Hpnya. Ya..ya… itu keburukan Yafa , susah baginya untuk nggak smsan waktu pelajaran. Tapi tak apalah yang penting dia tetap respect sama pelajaran. Sejenak kami terdiam menyenandungkan doa khusuk kepada-NYA. Kuharap RidhoNYA selalu menyertai kami.
“Nanti liat bareng ya… pensi di SMA Palace, mas ovan tampil!!!”
Senyumnya girang sambil memandang hangat foto mas Ovan di layar Hpnya.
“Owh.. he’em.. sekalian mau ngajak kakak juga, soalnya temenku minta ketemuan.”
Jawabku sambil mencelup kuas ukuran sebelas kedalam segelas air.
Belum sempat aku berangan, anganku telah pupus tertiup oleh dirinya.
“Wah.. honey Bunnykuu sms…” kata Dhara tepat dimukaku.
Ini anak ngapain sih, nggak nyadar ya suaranya cempreng. Lebih cempreng lagi cekikikan Rose yang berdiri didepan bangku kami. Beberapa hari ini aku sedikit illfeel dengan mereka berdua. Terlebih sama Dhara. Sebelumnya perlu diperjelas, “Hunny Bunnynya” sii Dhara ini bukan siapa-siapa atau apa tapi dia itu kakak. Semula aku anggap dia cuma menggodaku. Tapi apaan!?! Makin kesini kok mereka makin dekat… Tiap hari smsan, pesanku aja dicuekin.
“Apaan sih!! Jangan sombong deh, kakak udah punya pacar . Nggak seharusnya kamu merusak hubungan mereka!!!”
Kataku panjang lebar sambil mengggores tajam warna merah dibuku gambarku.
“Siapa??? Tapi toh dia tetap respect kok ke aku!!!”
Balasnya lagi diiringi cekikan mengerikan ala mba’ kunti.
Aku tahu , pikiranku sadar bahwa apa yang dilakukan Dhara itu cuma picisan. Tapi tetap saja hatiku bergeming. Aku Takut (Vierra) Dhara akan semakin melukai kenangan kami. Entah setan apa yang ada dihatiku. Aku nggak akan tinggal diam, aku ngggak mau dia berkata Sorry (Night to Remeber) . Apa harusnya Biarlah (Killing Me Inside) semua berlanjut tanpa ada campur tanganku lagi. But myheart FOREVER(Killing Me Inside) stay in his heart. Jangan pergi (D’massive) dengan Andhara kak… Satu hal yang pasti ini bukan Bizarre Love Triangle (Frente). Bukan cinta segitiga soalnya emang lebih dari 3 hati. Ayo kita hitung bersama-sama, aku, Chia, Pacar kakak, Andhara dan kakak sendiri. Menggelikan!!! Ini sih cinta segi lima. “-_-
“Rose liat deh.. sms.nya kakak panjang-panjang lo… dia lebai banget”
Sindir Dhara dengan cekikikan menngelikannya itu.Melihatku tidak ada respons. Dhara makin berulah. Sampai akhirnya kami jadi berdebat terbuka.
“Dhara!!! Jangan merasa klop secepat itu deh! Tetap aja yang lebih lama mengenal dia lebih mengerti kakak ” Sahutku dengan satu elakan mata.
“Kamu salah… menurutku nggak kaya’ gitu. Toh buktinya aku bisa. Nggak butuh lama untuk akrab kalau saling pengertian.” Balasnya sok bijak.
“Ya udah jadian aja!!!
Semoga kakak segera nembak kamu dan kamu jadi orang ketiga”
Aku cuma berharap malaikat tidak mengamini doaku itu. Aku akan benar-benar terguncang dengan itu semua. Kali ini Dhara mendekatkan wajahnya kemukaku.
“Biru… haduh.. anak ini!!!” Keluhnya, sembari memencet keypad Hpnya. Entah untuk apa…
Sementara itu Rose tengah bersiap untuk cuap-cuap.
“Tapi kalauapun kamu menunggu dan terus menyayangi kakak, itu semua nggak ada guna kale!!!”
“Kenapa gitu? Kejam kamuu…” Saut Yafa yang mulai tertarik diforum debat dadakan kami.
“Percuma… soalnya kan Biru nggak mau pacaran, terus Mau Dibawa Kemana? (Armada)”
Spontan mereka yang 4L4Y mulai menyanyi lagu tersebut dengan lirih, lirihnya suara mereka menusuk dalam hati ini, perasaanku terguncang. Kucerna baik-baik kata-kata Rose tadi. Apa aku terlalu munafik untuk nggak mau pacaran tapi kenyataan jelas berkata aku sangat mengharapkannya dan sangat menyayanginya. Untuk apa? Kenapa? kenapa harus menyadari hal itu secepat ini… Aku tahu itu.. tapi aku tidak mau sadar dengan itu semua. Cukup… aku nggak tahan dengan nyanyian mereka.
“Cukuuup!!!”
Teriakku lantang tanpa dosa. Serentak seluruh pandangan mengarah padaku. Terlebih pandangan pak Noer begitu tajamnya. Haduh…
“Jangan berisik Kamu!!!”
Teriak beliau tak kalah lantang dengan teriakkanku tadi.
‘O’ SCREAMOO…
“Absen 3 pak…”
Kata Frizal, dasar asal ngomong aja.
***
Suntuk mengetuk hatiku… Bahkan matahari tetap saja marah. Galaunya hati, apalagi alasannya kalau bukan karenanya. Setitik embun dedaunan mengalir pelan kepelataran. Perasaanku yang tak karuan sungguh mengherankan. Boleh saja sayang tapi jangan membuatku dimabu’ kepayang dengan rasa yang tak jelas ini. Tapi mataku belum minus kan! Jelas-jelas itu kakak, Kenapa bergerombol gitu? Mau ngapain anak X~A? Aku yang duduk termangu cuma bisa memalingkan muka dan cuek-cuek sajjah. Tapi suara yang tidak asing ditelingaku telah memanggil jiwa ini berlahan.
“Heh.. lu nggak liat? Asan mau nembak tuh…”
Asan? “Kakak…”
Teriakku dalam hati lagi. Nembak siapa? Aku beranjak dari tempatku singgah secepat mungkin. Jarakku dengan pintu cuma 2 meter tapi kok rasanya 2 kilometer. Kulihat dalam-dalam sosok kakak yang berdiri didepan kelas, apa yang akan ia katakan?
“Andhara !!! I LOVE YOU”
Whaat!!! Apa malaikat-malaikat mengamini doaku tadi pagi. Rasanya aku nggak sanggup lagi melangkahkan kaki ini kedalam rumah keduaku. Sekalipun raga ini memaksa masuk tapi tetap saja hati ini bergeming dengan kuatnya. Aha!!! Pasti ini cuma fantasi, 1 detik, 2 detik, 3 detik…30 detik. Sial ini kenyataan. Kenapa? Aku nggak mau mendengar ini, apa yang harus aku lihat? Apa yang harus aku katakan? Kosong dan hitam, cuma itu saja! Niatku untuk masuk pupus sudah, tertiup suara gaduh saudara-saudariku. Didalam kelas begitu ramai layaknya pasar induk, hiruk pikuknya bak supporter sepak bola.
“Terima!!! Terima!!!” Begitu sorak-sorai mereka.
Iras… Iras dimana? Pacarnya sedang ditembak orang lain. Bisa-bisanya dia hilang seperti ditelan bumi. Apa dia sama sekali nggak ada feeling lagi sama Dhara? Kelas makin gaduh, detak jantungku makin melemah serasa tak ada lagi gerakan sinergis kedua katup jantung ini… Suara lirih dan merdu Yafa memecahkan kegaduhan.
“Bentar-Bentar!!! Andhara siapa dulu nih? Andhara Sherlita Putri (Dhara) atau Biru Andhara Nicklani (Biru)?” Teriaknya lugu,
Yafaa… kamu cerdas, lebih dari Einsten ataupun Edison.
“Ya, Andhara…”
Belum selesai kakak melanjutkan perkataannya. Tiba-tiba Iras berlari secepat Eyeshield 21 menuju kelas. Apa yang mau dia lakukan? Tangannya mengepal ditujukan kekakak. Nggak boleh !!! Jangan sakiti kakak. Aku yang cuma tinggal selangkah kekelas, mempercepat langkah dan berlari menghadang Haris. Sampai bisa! pasti bisa!
“GubraAaAaAaAaK!!!”
Kenapa ini? Semua yang kulihat terasa bergoyang,terlebih potret mereka kok seperti film tahun 60-an? Semakin redup, rasa nyeri apa didahiku ini… Seperti ada yang menetes dan kulihat wajahnya… wajah kakak. Paras yang sendu dan dingin. Segalanya jadi lebih gelap dibanding malam tanpa bintang.
“Adhek… dhek..”
Senyap-senyap kudengar suaranya memanggil-memanggilku..
“Biru!!! Biru!!!”
Lalu kenapa Yafa juga berseru memanggilku? kalian kenapa?
Dengan lirih hati kecil ini tengah bersenandung merdu…
But I’m Not Okay…
If you were with other girls..
RIP they are!!! Ran to your heart…
Unforgetable moments that we have done…